Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Swallow Warna Biru

Gambar
Aku agak lupa, bagaimana awal mulanya bertemu dengan mereka….. Entah makluk apa mereka sebelumnya, yang aku ketahui adalah mereka sekarang berwujud sebuah sendal,, sendal putih bertali biru… Terasa sesak pikiranku ketika memikirkan bagaimana mereka bisa bersama, kiri dan kanan….. Mungkin itu sudah menjadi takdir mereka, untuk selalu bersama,, kebersamaan mereka bisa saja dikarenakan sendal kiri tersebut tercipta dari tulang rusuk sendal kanan… mungkin saja seperti itu….. sendal itu berwarna putih, berlobang tiga yang berfungsi untuk pondasi tali kekang,, warna putih , mungkin itu adalah harapan atau doa sang sendal, agar pemakai selalu berada dalam putih; selalu menjaga kebersihan, menjaga agar pemakai tidak terkena kotoran dan lain sebagainya,, atau bisa saja putih itu adalah hidayah kemulyaan dari “tuannya”, karena kebaikan dan kebijaksanaan sendal tersebut yang tetap berusaha menyembunyikan dirinya [yang putih; suci] dibalik telapak kaki manusia,, sendal itu juga

Tanpa Sadar Saling Terkoneksi

Gambar
Tidak sengaja, ketika melihat tayangan pencarian dan penemuan dinosaurus yang masih hidup di kedalaman hampir 200m laut, begitu dalam dan gelap,, mencoba membayangkan kemungkinan enaknya melakukan snorkeling,, Tanpa sadar, mulut bernafas layaknya seorang yang sedang menyelam, mengambil udara dari mulut, mengeluarkannya pula lewat mulut,, masih di darat saja susah, apalagi di dalam air….. Tapi tulisan ini tidak bercerita tentang itu,, Ketika melakukan pernafasan mulut tadi, tiba-tiba teringat akan sebuah aktifitas olah tubuh yang mengandalkan pengaturan nafas, Meditasi,, Teringat bahwa meditasi bisa dilakukan dalam beberapa cara pernafasan, tentunya akan berdampak, mengakibatkan output yang berbeda, tentunya sesuai tujuan dari pengolahan tersebut,, Tapi tulisan ini tidak bercerita tentang itu,, Ketika teringat pengolahan nafas tadi, tiba-tiba ada keinginan untuk mencari tau “etika” bernafas menurut medis,, tiada lain merujuklah pada Eyang ndoro Google, sinuhun noto ing khay

Yang Maha SOSMED

Gambar
Jika manusia berfikir apa yang telah dilakukannya tidak dilakukan juga oleh yang lain, mungkin itu adalah sebuah persepsi yang terlalu dini, persepsi yang terburu-buru. Pada umumnya, “manusia modern” meletakkan ujung tombak kehidupan sosialnya pada sebuah media sosial berbasis teknologi. Sebuah wahana maya, virtual, yang sifatnya “abstrak”. Wadah silaturahim era modern katanya, sebuah wahana yang dahulu dianggap “tabu” oleh sebagian orang. Namun ketika dikemas dalam balutan modernisasi, kini yang dianggap “tabu” itu, menjadi andalan dan alasan hidup dan berkehidupan. Sebagiamana dulu (sebuah contoh nyata), santet, pemawangan hujan dan lain sebagainya, dianggap sebuah hal yang “tabu”, klenik dan berbau mistis. Kini… ketika ada “ilmuwan” barat yang mempunyai penguasaan terhadap pengendalian gelombang, manusia negeri ini terperangah, melongo, seakan baru mengetahui adanya “ilmu-ilmu” tersebut. Sebuah cara pandang yang tidak berimbang, tidak adil. Penolakan terhadap penguasaa