Tari Barong dan Kris, Gianyar - Bali

Kesenian Pulau Dewata Bali sungguh beragam, masing-masing daerah kabupaten saja bisa berbeda coraknya. Salah satu jenis Kesenian Bali adalah Tari Barong dan Kris... Tari ini mempunyai alur cerita yang menarik, semua dikemas tanpa meninggalkan esensi budaya masyarakat Bali...
berikut ini Sinopsis dan pembabakan adegan Tari Barong dan Kris dari SEKEHE BARONG SILA BUDAYA
Puri Anom - Batu Bulan - Gianyar - Bali


Tarian Barong menggambarkan Pertarungan antara "kebajikan" melawan "kebatilan'. Barong adalah binatang purbakala melukiskan, "kebajikan" dan Rangda adalah binatang purbakala yang mahadahsyat menggambarkan "kebatilan"

GENDING PEMBUKAAN
Barong dan kera sedang berada di dalam hutan yang lebat. Kemudian munculah tiga orang yang bertopeng menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan, yang mana anaknya telah dimakan oleh harimau. Ketiga orang itu sangat marah dan menyerang harimau (Barong) itu dan dalam perkelahian ini hidung diantara salah seorang dari ketiga orang itu digigit oleh kera tadi.

 

BABAK PERTAMA
Dua orang penari muncul dan mereka adalah pengikut-pengikut dari Rangda sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Patihnya.
 
BABAK KEDUA
Pengikut pengikut Dewi Kunti tiba. Salah seorang dari pengikut Rangda berubah rupa menjadi setan ( semacam Rangda ) dan memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Keduanya menemui Patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunti.
 
BABAK KETIGA
Muncullah Dewi Kunti dan anaknya Sadewa dan Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya Sadewa kepada Rangda tetapi setan (semacam Rangda) memasukkan roh jahat kepadanya yang menyebabkan Dewi Kunti bisa menjadi marah dan tetap berniat mengorbankan anaknya kepada Patihnya untuk membuang Sadewa kedalam hutan dan Patih inipun tidak luput dari kemasukan roh jahat oleh setan itu sehingga sang Patih dengan tiada perasaan kemanusiaan, menggiring Sadewa kedalam hutan dan mengikatnya dimuka Istana Sang Rangda.
 
BABAK KEEMPAT
Turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian hidup kepada Sadewa dan kejadian ini tidak diketahui oleh Rangda. Kemudian datanglah Rangda untuk mengoyak-ngoyak dan membunuh Sadewa tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang dianugrahkan oleh Dewa Siwa. Rangda menyerah kepada Sadewa dan memohon untuk diselamatkan agar dengan demikian dia bisa masuk sbrga. Permintaan ini dipenuhi oleh Sadewa.Sang Rangda mendapat Sorga.
 
BABAK KELIMA
Kalika salah seorang pengikut Rangda menghadap kepada Sadewa untuk diselamatkan juga tetapi ditolak oleh Sadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian Dan Kalika merubah rupa menjadi „babi hutan" dan didalam pertarungan antara Sadewa melawan "babi hutan" Sadewa mendapat kemenangan. Kemudian Kalika (babi hutan) ini berubah menjadi "Burung" tetapi tetap dikalahkan. Dan akhirnya Kalika (Burung) berubah rupa lagi menjadi Rangda Oleh karena saktinya Rangda ini maka Sadewa tidak dapat membunuhnya dan akhirnya Sadewa berubah rupa menjadi Barong karena sama saktinya maka pertarungan antara Barong melawan Rangda ini tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan dan perkelahian ini berlangsung terus abadi "kebajikan" melawan "kebatilan". Kemudian muncullah pengikut-pengikut Barong masing-masing dengan kerisnya yang hendak menolong Barong dalam pertarungan melawan Rangda. Mereka ini-semuanyapun tidak berhasil melumpuhkan kesaktian Sang Rangda.


Demikianlah pembabakan cerita
"kebajikan" melawan "kebatilan" yang dikemas dalam bentuk sendratari tersebut, suguhan budaya ini acapkali menarik minat wisatawan asing untuk datang lagi ke Pulau Dewata Bali.
Kemajemukan budaya Bali memang dapat memuaskan dahaga bagi siapa saja yang datang ke Pulau Dewata.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinau Mati

PENGETAHUAN KARAWITAN