Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Karena [untuk] Indonesia

perubahan demi perubahan telah terjadi, pun juga akan tetap terjadi esok dan lusa, entah sampai kapan..... sisi-sisi dunia sudah berubah atau merubah diri menjadi yang dunia inginkan,, apakah dunia ini mempunyai keinginan? punya nafsu? mungkin saja..... namun bukan dunia ini yang dimaksudkan, tapi dunia yang telah dipegang, dikendalikan oleh [katakan saja] pendekar berwatak jahat ,, pola-pola new world order sudah sangat begitu nyata,, pun juga, "mereka" seakan tidak berusaha menutupi jejak dari pola-pola tersebut, mungkin sudah menjadi pertimbangan "mereka", bahwa pola-pola bentukan itu memang sudah disadari oleh masyarakat dunia..... tapi masyarakat dunia tidak mampu lagi memberontak, keluar dari pola-pola tersebut,, dimana pola-pola itu sudah ditanam, dirawat, dijaga sedemikian rupa sejak dari dulu, kekuatan keyakinan mereka telah sangat kuat untuk mewujudkan new world order ..... masyarakat dunia sudah terjangkit imunitas dalam dirinya... sesuatu yang [

RE

Gambar
BUDAYA, SENI sebuah padatan pengertian yg sama di beda fungsi/peranan,, Budaya adalah bahasa kemasyarakatan, Seni adalah bahasa Logi, keilmuan, disiplin ilmu,, salah satu pengertian Budaya diambil dari BUdi & DAYA,, diterjemahkan secara umum sebagai, hasil olahan Budidaya [kearifan lokal] masyarakat,, Budaya Nusantara dikenal sebagai budaya yang Adiluhung, salah satunya karena mempunyai daya filtrasi, proteksi, atau mempunyai sifat imun,, imunitas tersebut terbentuk oleh sebuah keadaan yang biasa disebut ngugemi ,, yaitu keadaan dimana secara sadar dan kolektif "melestarikan" Budaya tersebut,, sebut saja beberapa Budaya di Jawa; Wayang, Ludruk, Kentrung dan lain sebagainya,, secara umum, Budaya Nusantara sudah mencapai pada titik puncaknya, sehingga sudah tidak bisa lagi ditingkatkan lagi pencapaiannya,, seiring berkembangnya zaman... dengan gencarnya arus informasi dan teknologi, membuat daya filtrasi kebanggan itupun semakin memudar,, kecenderungan exploitasi media

MENGATASI "BEBAN" TANPA "BEBAN"

Gambar
Setiap manusia, baik laki-laki ataupun wanita, pasti pernah mengalami tekanan, dimana besar/kecilnya tekanan tersebut berakibat atau bereaksi pada pikiran kita,, ada beberapa orang yang bisa mengatasi dengan mudah “beban” akibat reaksi tersebut, ada yang sekiranya untuk menjangkau saja susah,, berbagai macam,, sebuah "beban" ternyata sudah diperhitungkan kisarannya... sehingga tiada seorang yang akan memikul "beban" melampaui dari batas kemampuannya..... dengan begitu apakah sebuah "beban" bisa "dipertandingkan"? tentu tidak... karena kembali pada rumusan semula, bahwa berat/tidaknya bukan terletak pada kapasitas "beban" tersebut... tetapi terletak pada fitrah kesanggupan masing-masing individu... lantas bagimana cara "mengatasi" “beban” tersebut agar tidak menjadi berat atau menjadi semakin berat lagi? Inilah mungkin point yang paling sukar untuk dilakukan, karena berkenaan dengan diri sendiri,, Seperti pad

Akun Facebook Baru untuk Calon Anakku

Gambar
dan kedua makhluk ini pun kembali lagi "eyel-eyelan"... entah, apa sebenarnya yang mereka permasalahkan,, kadang-kadang sesuatu "remeh" dan tidak perlu diperdebatkan, bisa memicu konflik diantara mereka..... Diriku : eh... aku kepingin nggawe akun Facebook anyar... Aku    : heh??? lha digawe opo? ngopeni akun siji ae kewalahan ngono kok... Diriku : hehehe... ora gawe aku, gawe calon anakku... Aku    : Wuahahahahahahaha..... jiampuuuuuttt... jiampuuutt... ancene gwendheng...             duh mbuh kah... yok opo yo... awakmu iku mari ngombe opo sih?             kok mabuk e ngalah-ngalahi wong   gendheng? Diriku : ora ngombe opo-opo i... lha emang e kenopo? salah??? Aku    : heh!... rungokno... awakmu iku lho...             wong atasane rabi ae durung... kok aneh-aneh sing kate mbok lakoni..... Diriku : lha opo ora oleh? durung rabi terus nggawekno Akun FB gawe bakal anak e?             lha opo sing dadi admin e Facebook ki awakmu??? Aku    : yo guduk yoan...