Swallow Warna Biru

Aku agak lupa, bagaimana awal mulanya bertemu dengan mereka…..
Entah makluk apa mereka sebelumnya, yang aku ketahui adalah mereka sekarang berwujud sebuah sendal,, sendal putih bertali biru…
Terasa sesak pikiranku ketika memikirkan bagaimana mereka bisa bersama, kiri dan kanan…..
Mungkin itu sudah menjadi takdir mereka, untuk selalu bersama,, kebersamaan mereka bisa saja dikarenakan sendal kiri tersebut tercipta dari tulang rusuk sendal kanan…
mungkin saja seperti itu…..

sendal itu berwarna putih, berlobang tiga yang berfungsi untuk pondasi tali kekang,, warna putih, mungkin itu adalah harapan atau doa sang sendal, agar pemakai selalu berada dalam putih; selalu menjaga kebersihan, menjaga agar pemakai tidak terkena kotoran dan lain sebagainya,,
atau bisa saja putih itu adalah hidayah kemulyaan dari “tuannya”, karena kebaikan dan kebijaksanaan sendal tersebut yang tetap berusaha menyembunyikan dirinya [yang putih; suci] dibalik telapak kaki manusia,,

sendal itu juga merelakan tubuhnya menjadi berlubang tiga, sebagai simbol yang juga dia yakini untuk menggambarkan hubungan kehidupan alam ini, yaitu sebuah hubungan segitiga semesta,,
manusia >> kekasih tuan >> dan tuan itu sendiri,,

sendal mengikatkan dirinya dengan sebuah janji, yang disimbolkan dengan tali,,
tali kekang warna biru…..
selama hayat masih dikandung sendal, dia berjanji mejaga [telapak] manusia agar senantiasa terjaga dalam putih [bersih],,
tali itu berwarna biru,,
dia [sendal] berharap manusia selalu ceria, dan senantiasa mendapatkan keceriaan, sesuai makna warna biru itu sendiri,,

mereka [sendal] secara nyata adalah dua, tetapi pada hakikatnya mereka adalah satu….. sepasang,,
tiada yang saling iri mengapa menjadi kiri, atau menjadi kanan… mereka bersama melangkah kearah yang selalu sama,, kendatipun ada jarak diantara mereka, namun kepala mereka [ujung sendal], senantiasa menoleh antara satu dengan lainnya; saling mengawasi, memperhatikan dan saling tersenyum diantaranya dalam menjalani pengabdian tersebut…..

swallow bisa diartikan sebagai burung yang melayang-layang, mungkin itulah rahasianya yang paling diusahakannya agar selalu tersembunyi….. bahwa sebenarnya dia mempunyai sebuah cita-cita setinggi langit, untuk menggapai harapannya, namun dia rela memendam semua cita-citanya tersebut untuk mengabdi pada telapak kaki manusia,, telapak makhluk “sempurna” yang diciptakan oleh tuannya,,

kemungkinan dia [sendal] tersebut telah menyadari, tiada yang hakiki di alam ini, termasuk cita-cita itu sendiri…..
dan….. pun kini cita-citanya berganti menjadi mengabdi, mengabdi dan mengabdi…..
bisa melakukan pengabdian pada tuannya saja sudah melebihi dan menggantikan cita-citanya untuk terbang dilangit,,

mungkin itu saja yang bisa diperkirakan tentang swallow warna biru, tentunya dia [sendal swallow warna biru] tidak ingin kita semua mengetahui dan membongkar semua bentuk pengabdiannya pada tuannya,, semua pujian, penghargaan manusia atau sendal lain dirasa tidak begitu penting lagi baginya,,
tidak perduli omongan sendal lain, yang ada “hanyalah” pengabdian…..

duhai sendal….. yang dirahmati tuanmu…..
jika saja aku bisa mendengar kata-katamu… mungkin aku bisa lebih berguru padamu…..

ketika salah satu ikatan janjimu terputus, yang bisa aku lakukan adalah menyulam talimu, agar jangan sampai pengabdianmu pada tuanmu menjadi terputus karenanya,,
mungkin sulamanku itu bukanlah yang terbaik,, namun percayalah, hanya itu yang bisa aku lakukan,, semoga pengabdianmu tidak menjadi “batal” karena telapak kakiku yang ceroboh terhadapmu…..

duhai sendal….. yang dirahmati tuanmu…..
semoga engkau mau memberikan pengajaran pada diriku tentang pengabdian dan penghambaan pada tuanku,,
terimalah doa tulusku ini;
“semoga kelak engkau termasuk didalam surga para sendal yang juga dikasihi oleh tuanmu…..”,,

tolong juga sampaikan salam hormatku pada; mujahandal [mujahidin sendal], pada salikundal [salik sendal] serta pada sendal lainnya yang tentunya dirahmati oleh tuanmu…..

ipungsweettenan@23082014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinau Mati

PENGETAHUAN KARAWITAN