KUCING DAN PINDANG




oh kucing...oh pindang...
dulu kucing sangat semangat untuk mendapatkan pindang, pindang belum dimasak saja dia
sudah siaga menunggu-nunggu kesempatan mencuri,, bahkan bisa-bisa, kita masih rencana membeli pindang pun si kucing sudah mencium gelagatnya...

oalah kucing...kucing...

dulu jumlah kucing lebih banyak, sehingga daya saing kucing untuk mendapatkan pindang sangat tinggi,, mereka harus susah-susah berebut, menaikkan bulu-bulunya untuk
menakut-nakuti yang mau merebut pindang,, tanpa disadari, pindang telah berpindah ke lain kucing,,

oalah kucing...kucing...

namun kini beda banget,, kucing sudah tidak punya daya saing lagi, padahal jumlah
kucing juga semakin sedikit,, hal ini disebabkan karena jumlah pindang semakin
buuuuuanyak dan beragam jenisnya,, ada pindang laut, pindang darat ada juga pindang yang
suka kegerahan, segala macam pindang ada...
bejibun, seabrek-abrek [istilah orang jakarta), sak taek ndayak (kata orang malang)

judul diatas adalah KUCING DAN PINDANG,, dimana dari dulu memang aktor utama adalah
kucing, karena insting pemburu ada dalam diri kucing, sedangkan pindang hanyalah
secound actor,,
pun sekarang mau tidak mau kucing harus kalah oleh situasi sosial yang sedang melanda
dunia perkucingan...emm...mungkin lebih tepatnya dalam dunia perburuan,,
secara berangsur, insting kucing memburu pindang akan menurun kemudian semakin lama
semakin berkurang dan akhirnya akan hilang.....

oalah kucing... kucing.....

kita kah yang menciptakan situasi “pembunuhan” secara masal itu??
[di dunia manusia mungkin lebih akrab dikenal dengan pembunuhan karakter, yang “lebih” kejam dari mutilasi]
mungkin dengan sangat terpaksa judul diatas akan saya ganti "PINDANG DAN KUCING",,

oalah kucing...kucing...

bahagialah hidupmu...sejahteralah hidupmu...situasi telah mengkebiri instingmu,
nalurimu...pelanggaran sunatullah tertinggi,,















ipung sweettenan,
11 Maret 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinau Mati

PENGETAHUAN KARAWITAN